Senin, 15 Maret 2021

Tentang Bertumbuh Menjadi...

Sejak beberapa bulan yang lalu adik senang membeli tumbuhan dan berbagai pupuk. Katanya, berkebun menjadi salah satu caranya untuk tetap "waras" selama pandemi ini. Ia lebih suka menanam berbagai jenis bunga dan sayuran. Ajaibnya ia punya tangan dingin, setiap benih atau bibit yang ia tanam selalu tumbuh dengan baik.


Seminggu yang lalu, bunga mawar merah mekar di kebunnya. Ia amat senang. Ia lebih percaya diri dan terus memotret bunga yang sedari dulu ia rawat. Ia bangga pada dirinya sendiri. Pengalaman akan perasaan menumbuhkan membuatnya terus ingin membeli tumbuhan baru di kebunnya. Sampai-sampai saat dia ulang tahun ia hanya minta uangnya saja, mau dibelikan bunga telang dan bunga-bunga lainnya katanya.

Tiga hari yang lalu, pohon Stoberi miliknya berbuah. Ia tersenyum sepanjang hari. Ia terus menyentuh buah merah yang bergelantung pendek menyentuh daunnya. Ia petik dan dan memakannya dengan mata yang berbinar.

Tadi pagi, ia mengecek kangkung hasil tanamnya. Ia termenung sejenak. Saya mendekatinya. Ia berbicara, "Kangkungya tidak tumbuh seragam. Masih ada yang pendek meskipun ditabur benih di hari yang sama." Saya terdiam. "Sama seperti manusia, kita semua tumbuh dengan jalan masing-masing. Ada yang matang diumur 30 tahun, ada juga yang matang di umur 25 tahun." "Jadi, mana yang lebih baik?" tanya saya. Ia tersenyum kecut, "keduanya baik dan keduanya normal. Itu yang disebut alami, membiarkan alam bekerja dengan caranya." Jawabnya. Seketika saya mengerti, picik dan dangkal sekali cara berpikir saya selama ini hanya terkotak antara baik dan buruk.

Hari ini saya akan belajar untuk mengikuti apa yang ia lakukan. Membeli bibit bunga, menjaganya dan membiarkan tumbuh. Saya juga berharap ada yang tumbuh dalam hati saya, sebuah keyakinan bahwa saya harus bertumbuh dan selalu bertumbuh menjadi versi diri terbaik saya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar