Kita memang dibentuk untuk menjadi manusia ga enakan. Mau nolak sesuatu takut menyinggung. Kita lebih sering menghargai orang lain dan melupakan ada diri yang harus dijaga. Maksud hati biar dipandang “baik” oleh orang lain tapi ternyata membiarkan diri kehilangan batas (boundaries), kehilangan diri. Boundaries (batas) semestinya dibentuk untuk membentuk sebuah identitas diri yang menjadi hal penting dari well-being dan kesehatan mental diri. Menurut Parkview Student Assistance Program (IPFW), boundary adalah batas atau ruang antara diri kita dengan orang lain. Hal ini bertujuan untuk melindungi dan menjaga diri kita baik-baik. Menurut Pulih (2020) Personal boundaries mungkin sulit dilakukan karena beberapa hal, diantaranya: 1) Kita selalu mengutamakan kebutuhan dan perasaan orang lain, 2) Kita tidak mengenal diri kita sendiri, 3) Kita merasa tidak memiliki hak, 4) Kita percaya kalau menetapkan batasan akan merusak hubungan, 5) Kita tidak pernah belajar untuk memiliki batasan yang sehat.
Hari ini saya diajari untuk membuat batasan (bounderies) untuk menjadi lebih tegas memutuskan sesuatu supaya mampu meraih bahagia dan mental yang sehat. Hal ini tidak mudah, saya harus menjadi “tega” atas setiap permintaan orang lain. Saya kembali belajar berkata kata “tidak” untuk sesuatu yang sebenernya hak saya untuk menolak. Memiliki bonderies (batas), bukan berarti menjadi tidak peduli tetapi sebaliknya saat kita memiliki batas diri pada orang lain. Kita juga diharuskan menghormati setiap keputusan orang lain mengenai batasan mereka juga. Hingga terciptanya suatu hubungan yang sehat. Menjadi seseorang yang baper tidaklah memberikan kesempatan bertumbuh. Hanya terperangkap pada lubang tak berujung. Menghadirkan logika untuk bisa lebih objektif atas permasalahan menjadi sangat penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar