TENTANG MENJADI MERDEKA
Sebelum bulan ini berakhir rasanya masih relevan jika membahas tentang kemerdekaan. Lantas bagaimana memaknai arti kemerdekaan itu? Seseorang sudah menggunakan twibon dengan kata-kata selamat merdeka. Setiap keluarga diwajibkan mengibarkan bendera merah putih di depan rumahnya. Sebagian orang mengikuti lomba memperingati kemerdekaan. Ada juga yang sengaja menggunakan baju merah putih. Sebagian lagi bersyukur dalam hati atas perjuangan para pahlawan. Banyak hal yang dilakukan untuk memperingati hari kemerdekaan. Semua hal itu sah-sah saja selagi seseorang itu merasa senang dengan caranya mengekspresikan kemerdekaan versinya masing-masing tanpa merugikan siapapunn.
Saya ingat sebuah diskusi rutin yang dilakukan #Ngomik yang digagas oleh dosen muda Uninus yaitu Bu Yessy dan Pak Hamyat, pada tanggal 14 Agustus lalu mereka membahas tentang arti kemerdekaan itu sendiri. Mereka menghadirkan sudut pandang pribadi atas makna kemerdekaan yang ditinjau dari berbagai sisi. Simpulan diskusi itu yaitu bahwa kemerdekaan bila dimaknai dengan kebebasan itu mitos, tidak pernah ada. Setiap kebebasan seseorang selalu berbenturan dengan kebebasan orang lain. Tidak ada yang benar-benar bebas dan selalu ada kata penginkaran (tapi, tetapi, namun) diakhirnya. Hasil diskusi itu juga menekankan pentingnya refleksi diri untuk mampu mendefinisikan sendiri kemerdekaan diri sendiri. Setelah seseorang memahami diri sendiri akan ada standar yang ia benar-benar inginkan dalam kehidupan ini selanjutnya ia harus berani ambil resiko atas apapun keputusan dalam hidup. Langkah pertama itu akan dirasakan begitu tak nyaman, karena kita keluar dari standar normatif masyarakat dan dianggap liyan. Ini adalah langkah awal dalam memaknai kemerdekaan, definisi kemerdekaan yang tak didikte oleh siapapun tetapi diputuskan oleh diri sendiri.
Setelah mengikuti #ngomik tersebut, saya mencoba menuliskan kemerdekaan versi saya sendiri, beberapa menit pulpen saya diam, tak ada kata yang saya tulis satupun. Saya bingung dengan mendefinisikan kemerdekaan sendiri, untuk tahap awal saja saya tak memiliki kesadaran itu. Selama saya hidup, saya pikir saya sudah merdeka tetapi ternyata saya terjajah oleh konsep kemerdekaan versi umum yang tak pernah saya pahami esensi makna kata itu secara pribadi. Beberapa menit saya berpikir, hal apa yang membuat saya bahagia, merasa merdeka dan masuk akal dapat diwujudkan dan dijadikan standar kemerdekaan saya pribadi.
Saya menulis empat poin utama definisi kemerdekaan versi saya, pertama bebas mengemukakan argumen pribadi dan menerima dengan terbuka setiap kritikan dan masukan orang lain. Kedua, mampu bekerja sama dalam tim dan berkolaborasi. Ketiga, bebas dari perasaan people pleasure, saya harus punya boudaries kuat atas hidup dan menempatkan diri sebagai fokus dalam perkembangan diri. Terakhir, saya harus memiliki kemampuan bernegosiasi yang baik, karena kebebasan utuh tidak benar-benar ada. Keempat hal ini setidaknya yang saya harapkan di tahun ini. Tahun depan standar kemerdekaan ini bisa berubah atau bertambah, karena dunia berubah, diri berubah semua berubah dan cara untuk bertahan hidup adalah mengikuti perubahan itu.a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar