Aida
Anwariyatul Fuadah
MAN
1 Bandung
Pembelajaran sastra di madrasah aliyah, khususnya di MAN 1 Bandung, memiliki potensi besar sebagai sarana pembentukan karakter peserta didik yang tangguh secara moral, emosional, dan intelektual. Namun demikian, potensi ini belum sepenuhnya dimanfaatkan dalam proses pembelajaran harian. Strategi internalisasi dan pengembangan nilai melalui karya sastra masih berlangsung secara sporadis dan belum dirancang secara sistematis dan terukur.
Data dari Survei Nasional Literasi dan Karakter 2022 oleh Kemdikbudristek menunjukkan bahwa hanya 38% siswa SMA yang mampu memahami dan merefleksikan nilai dari teks sastra, serta hanya 42% yang menunjukkan kecenderungan meniru keteladanan tokoh dalam karya. Data ini menjadi dasar bahwa madrasah perlu merancang suatu program pembelajaran nilai berbasis sastra sebagai bentuk penguatan pendidikan karakter.
Oleh karena itu, penulis mengajukan rancangan program pembelajaran nilai melalui sastra yang melibatkan dua pendekatan utama: internalisasi nilai dan pengembangan nilai, yang akan dilaksanakan secara bertahap melalui strategi dan aktivitas yang relevan dengan konteks dan potensi peserta didik madrasah.
1. Rancangan Strategi Internalisasi Nilai Melalui
Sastra
Berdasarkan model dari Encep Syarief Nurdin dan Kama
Abdul Hakam (2016), proses internalisasi nilai dapat dikembangkan melalui tiga
tahapan utama:
a. Transformasi Nilai
Peserta didik dikenalkan dengan nilai-nilai melalui
bacaan sastra yang bermuatan moral, seperti puisi, cerpen, novel, atau hikayat.
Pada tahap ini, guru berperan sebagai penyampai nilai secara kognitif.
Misalnya:
- Membacakan
dan mendiskusikan cerpen "Robohnya Surau Kami" karya A.A.
Navis untuk memperkenalkan nilai tanggung jawab sosial dan spiritual.
- Memberikan
pertanyaan pemandu yang memancing kesadaran kognitif peserta didik atas
makna nilai yang terkandung dalam teks.
b. Transaksi Nilai
Guru dan peserta didik saling berinteraksi untuk
mengkaji nilai dalam teks. Pada tahap ini dirancang aktivitas seperti:
- Diskusi
kelompok dan presentasi tentang konflik nilai dalam cerita.
- Guru
memodelkan nilai dengan menjadi figur teladan dalam dialog kelas dan
perlakuan terhadap siswa.
Tahapan ini akan mengaktifkan peran siswa dalam
menganalisis dan menginternalisasi nilai secara lebih dalam.
c. Trans-Internalisasi
Nilai mulai diintegrasikan ke dalam perilaku melalui
pembiasaan dan lingkungan belajar. Dalam rancangan ini akan diupayakan:
- Penulisan
jurnal reflektif sastra setiap pekan.
- Pembuatan
proyek drama berbasis cerita rakyat atau novel.
- Pameran puisi
bertema karakter.
Semua kegiatan ini bertujuan untuk membentuk
pembiasaan yang dapat memperkuat sikap dan karakter siswa secara konsisten.
2. Rancangan Strategi Pengembangan Nilai Melalui
Sastra
Jika internalisasi nilai berangkat dari luar ke dalam
diri siswa, maka pengembangan nilai bekerja sebaliknya — yaitu mengasah nilai
yang sudah ada dalam diri siswa agar menjadi lebih kuat dan matang. Strategi
pengembangan ini selaras dengan prinsip konstruktivisme.
Berikut adalah strategi yang diajukan dalam rancangan
program:
a. Penyajian Dilema Moral
Guru menyajikan situasi dilematis dari teks sastra,
seperti dalam novel "Salah Asuhan" karya Abdoel Moeis. Peserta
didik diminta:
- Memilih
tindakan yang dianggap benar.
- Memberi
alasan moral secara logis dan terargumentasi.
b. Diskusi Reflektif dan Klarifikasi Nilai
Dirancang sesi diskusi terbuka untuk:
- Menganalisis
nilai dalam cerpen atau novel yang membahas isu keluarga, pertemanan, atau
keadilan sosial.
- Menyusun
daftar nilai yang dirasakan dekat oleh siswa secara personal.
c. Simulasi dan Bermain Peran
Dirancang sesi bermain peran dari naskah drama seperti
"Siti Nurbaya" atau "Saijah dan Adinda".
Tujuannya:
- Meningkatkan
empati dan kemampuan mengambil perspektif tokoh.
- Memberikan
pengalaman langsung terhadap konsekuensi nilai dan moralitas.
3. Sinergi Antara Internalisasi dan Pengembangan Nilai
Rancangan pembelajaran nilai ini akan bersifat
integratif, dengan menggabungkan strategi internalisasi dan pengembangan nilai
secara paralel. Nilai-nilai universal (jujur, disiplin, tanggung jawab, empati)
akan ditekankan dalam aspek internalisasi melalui pembiasaan dan keteladanan,
sementara nilai-nilai kontekstual (toleransi, budaya lokal, kesetaraan gender,
dan keberagaman) akan dikembangkan melalui kegiatan reflektif dan proyek
berbasis sastra lokal dan kontemporer.
Program ini juga akan melibatkan kolaborasi antara
guru, siswa, alumni, dan komunitas literasi dalam bentuk kegiatan Kelas
Inspirasi Sastra, Forum Bincang Nilai, dan Pameran Karya Sastra
Bermakna.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Program pembelajaran nilai melalui sastra ini
merupakan respon terhadap rendahnya pemahaman nilai dalam teks sastra dan
pentingnya pendidikan karakter di madrasah. Rancangan ini bersifat fleksibel
dan dapat disesuaikan dengan kondisi kelas, jenjang, dan minat siswa. Jika
dijalankan dengan dukungan guru, kurikulum, dan komunitas madrasah, program ini
diyakini mampu menghasilkan peserta didik yang cakap secara literasi dan unggul
secara moral.
Diperlukan dukungan dari kepala madrasah, pengawas,
dan tim pengembang kurikulum madrasah agar program ini dapat diujicobakan dalam
skala terbatas sebelum diimplementasikan secara luas sebagai bagian dari
kebijakan penguatan profil pelajar Pancasila dan Rahmatan lil ‘Alamin di
lingkungan madrasah.
menurut saya program pembelajaran sastra ini sangat positif untuk meningkatkan kualitas belajar para siswa.
BalasHapusakan tetapi di sekolah kita banyak sekali kegiatan jdi sepertinya kurang efektif untuk di adakan program ini.
Tulisan ini sangat bermanfaat dan membuka wawasan baru tentang pentingnya strategi internalisasi nilai dalam pembelajaran sastra. Pendekatan yang tidak hanya menekankan pada pemahaman karya sastra, tapi juga pada pembentukan karakter dan nilai-nilai kemanusiaan, terasa sangat relevan dengan kebutuhan pendidikan saat ini. Semoga strategi-strategi yang ditawarkan dapat diimplementasikan secara nyata di ruang kelas dan menjadi inspirasi bagi para pendidik.
BalasHapusMenurut saya, tulisan ini cukup menarik karena membahas pembelajaran sastra dari sisi yang jarang dibahas, yaitu soal nilai-nilai dalam cerita. Biasanya kami belajar sastra hanya sebatas memahami isi atau unsur intrinsik, tapi di sini dijelaskan bagaimana karya sastra bisa digunakan untuk membentuk karakter.
BalasHapusBeberapa strategi yang ditawarkan juga cukup masuk akal, terutama bagian diskusi reflektif dan bermain peran, karena bisa bikin siswa lebih paham makna cerita secara mendalam. Tapi mungkin akan lebih baik kalau kegiatan-kegiatannya disesuaikan juga dengan kondisi siswa yang berbeda-beda, supaya lebih efektif.
Semoga ke depannya pembelajaran sastra bisa jadi lebih bermakna dan tidak hanya fokus pada teori saja.
Saya sangat terkesan dengan penjelasan Anda tentang pentingnya steetegi internal dan pengembangan nilai dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Terima kasih atas sharingnya
BalasHapusSetelah membaca tulisan tersebut, saya merasa wawasan saya bertambah terkait keterkaitan pembelajaran sastra ternyata memiliku potensi untuk menanamkan nilai-nilai positif pada peserta didik. Program literasi sudah baik namun perlu ada evaluasi lebih lanjut karena perlu dukungan dari berbagai pihak untuk berjalannya program tersebut. Saya berharap program yang dirancang bukan berakhir di postingan ini tetapi ada upaya tindak lanjut sehingga menjadi solusi permasalahan terkait kurangnya nilai-nilai dalam masyarak
BalasHapus