Ada satu masa di mana bunga bermekaran melebihi musimnya. Angin bertiup lebih lambat dari seharusnya. Sebuah tatapan dan senyum menjadi pusat semestaku saat itu. Ia tersenyum, dan suara drum yang memekik justru terasa menghangatkan. Rambut yang jatuh di dahinya seirama dengan detak jantungku, meski wajahnya tampak pucat pasi. Momen itu kembali terasa nyata. Lima belas tahun lalu, emosi itu datang dan hari ini ia kembali menghampiri.
Aku sadar sepenuhnya, bahwa yang kurindukan bukan sosok dalam kenangan itu. Aku merindukan diriku sendiri—emosi yang kumiliki saat itu. Rasa yang membuatku merasa hidup, hangat, dan penuh semangat. Aku mencoba merasakannya lagi, meyakinkan diriku bahwa emosi itu masih ada, masih tersimpan rapi. Dan ketika aku menenggelamkan diri di dalamnya, aku merasa lega. Bahagia. Syukur.
Begitu pun ketika Mama masih ada. Kehadirannya bukan hanya fisik, tapi juga menjadi sumber emosi yang selalu kubutuhkan: rasa aman, rasa cukup, dan cinta tanpa syarat. Ketika Mama pergi, emosi itu tetap tinggal—berubah bentuk menjadi kekuatan, menjadi kenangan yang menguatkan, menjadi sumber kasih yang tak pernah habis.
Aku menyimpan begitu banyak emosi dalam hidupku. Saat pertama kali melangkah di Penang. Saat pertama kali naik pesawat. Saat ke Kuala Lumpur, ke Malaka—semua adalah momen pertama yang bukan hanya kubingkai sebagai peristiwa, tapi kurawat sebagai bank emosi. Di dalamnya ada takjub, takut, bahagia, kagum, rindu, dan syukur. Semua terekam dan kini menjadi bagian dari siapa aku hari ini.
Aku merasa hidup mengajarkanku banyak hal. Bukan dengan cara yang mudah, tapi dengan cara yang jujur dan menggetarkan. Dan hari ini, aku berdiri di titik ini, memandang ke belakang bukan dengan air mata, tapi dengan pelukan. Pelukan untuk semua versi diriku yang telah melewati begitu banyak hal. Aku mencintai mereka. Aku mencintai hidupku.
Dan aku tahu pasti:
Aku tak akan pernah menukar hidupku ini dengan orang lain.
Karena setiap emosi yang pernah aku rasakan, adalah harta yang membuatku menjadi manusia seutuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar