Senin, 18 Agustus 2025

Menyunting Teks Laporan Hasil Observasi

 

Materi Lengkap: Teks Laporan Hasil Observasi

1. Definisi

Teks Laporan Hasil Observasi (LHO) adalah teks yang berisi paparan fakta dari hasil pengamatan terhadap suatu objek, peristiwa, gejala, atau fenomena tertentu secara sistematis, objektif, dan faktual. LHO digunakan untuk menyajikan informasi secara apa adanya berdasarkan data yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi.

2. Ciri-Ciri LHO

  1. Bersifat objektif → berdasarkan fakta, bukan pendapat atau opini pribadi.

  2. Faktual → menyajikan informasi sesuai kenyataan yang diamati.

  3. Universal → informasi dapat berlaku umum, tidak hanya untuk satu orang.

  4. Disusun sistematis → urut, terstruktur, dan runtut.

  5. Lengkap → mencakup identitas objek, bagian, sifat, dan manfaatnya.

3. Tujuan LHO

  • Menyajikan informasi faktual hasil observasi.

  • Menjadi rujukan atau sumber informasi bagi pembaca.

  • Memberikan pemahaman yang jelas tentang objek yang diamati.

  • Menghindari kesalahpahaman dalam penyampaian informasi.

4. Manfaat LHO

  • Pendidikan → membantu siswa, guru, atau peneliti memahami suatu objek/fenomena.

  • Penelitian → menjadi dasar data untuk analisis lebih lanjut.

  • Pelaporan → digunakan dalam laporan ilmiah, media, maupun dokumentasi.

  • Referensi → sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

5. Struktur Teks LHO

  1. Pernyataan Umum (Klasifikasi)/Deskripsi Umum

    • Gambaran umum tentang objek atau fenomena yang diamati.

    • Menjelaskan definisi, identitas, atau ciri pokok objek.

    • Contoh: “Gajah adalah hewan mamalia darat terbesar yang hidup di Asia dan Afrika.”

  2. Deskripsi Bagian

    • Menjelaskan bagian, sifat, atau aspek khusus dari objek.

    • Contoh: bentuk tubuh, habitat, makanan, perilaku, manfaat, dll.

    • Contoh: “Gajah memiliki belalai yang panjang dan berfungsi untuk mengambil makanan, minum, serta alat komunikasi.”

  3. Deskripsi Manfaat (Opsional)

    • Menjelaskan manfaat atau peran objek dalam kehidupan manusia atau ekosistem.

    • Contoh: “Gajah berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan.”

6. Kaidah Kebahasaan LHO

  1. Menggunakan kata benda (nomina)

    • Misalnya: gajah, siswa, sungai, hutan.

  2. Menggunakan kata sifat (adjektiva)

    • Misalnya: besar, tinggi, hijau, jernih.

  3. Menggunakan kata kerja material dan tingkah laku

    • Material: berjalan, tumbuh, hidup.

    • Tingkah laku: merasa, berperilaku, terlihat.

  4. Menggunakan kalimat definisi

    • “Gunung adalah...” / “Sekolah merupakan...”

  5. Menggunakan istilah teknis

    • Misalnya: fotosintesis, ekosistem, mamalia.

  6. Menggunakan konjungsi perincian atau penghubung

    • Misalnya: selain itu, kemudian, juga, yaitu.

  7. Menggunakan kalimat aktif dan pasif sesuai kebutuhan.

7. Cara Menyunting Teks LHO

Menyunting berarti memperbaiki teks agar sesuai kaidah, struktur, dan ciri teks LHO.

Langkah-langkah menyunting LHO:

  1. Periksa kesesuaian isi dengan hasil observasi

    • Apakah data sesuai dengan fakta?

    • Hindari opini atau asumsi.

  2. Periksa struktur teks

    • Apakah ada bagian pernyataan umum, deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat?

    • Jika belum lengkap, tambahkan.

  3. Periksa penggunaan kaidah kebahasaan

    • Apakah menggunakan kata benda, kata sifat, istilah teknis, dan kalimat definisi?

    • Apakah sudah konsisten dengan bahasa baku?

  4. Periksa kalimat efektif

    • Hindari kalimat bertele-tele.

    • Gunakan kalimat jelas, singkat, padat, dan mudah dipahami.

  5. Periksa ejaan dan tanda baca (EYD/PUEBI)

    • Penulisan huruf kapital, tanda titik, koma, dan kata depan “di/ke”.

  6. Periksa kohesi dan koherensi antarparagraf

    • Pastikan ide mengalir runtut dan logis.

Contoh Kesalahan & Perbaikannya:

  • “Gajah merupakan hewan besar yang suka makan dan dia juga pintar.”

  • “Gajah adalah hewan mamalia berukuran besar yang memiliki kecerdasan tinggi.”


📌 Ringkasan

  • LHO = teks hasil pengamatan → objektif, faktual, sistematis.

  • Struktur: pernyataan umum → deskripsi bagian → deskripsi manfaat.

  • Kaidah: nomina, adjektiva, verba material, istilah teknis, kalimat definisi.

  • Menyunting = memperbaiki isi, struktur, bahasa, ejaan, dan kelogisan teks.

📘 Contoh Analisis

1. Versi Belum Disunting (Banyak Kesalahan)

Gajah
Gajah adalah hewan yang besar dan dia suka makan. Gajah juga tinggal di hutan belantara yang luas banget. Mereka mempunyai belalai yang dipakai untuk ambil makanan dan untuk minum juga. Selain itu gajah bisa buat suara keras sekali. Di Indonesia gajah ada di sumatra dan di kalimantan.

2. Versi Sudah Disunting (Benar)

Gajah
Gajah adalah mamalia darat terbesar yang hidup di Asia dan Afrika. Di Indonesia, gajah dapat ditemukan di Sumatra dan Kalimantan.

Gajah memiliki tubuh besar, kulit tebal berwarna abu-abu, telinga lebar, dan belalai panjang. Belalai berfungsi untuk mengambil makanan, minum, menyemprotkan air, dan berkomunikasi. Selain itu, gajah juga memiliki suara keras yang digunakan untuk memberi tanda bahaya atau berinteraksi dengan kelompoknya.

Gajah berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Mereka membantu penyebaran biji-bijian dan membuka jalur di hutan yang bermanfaat bagi hewan lain.

3. Analisis Penyuntingan

Aspek yang Disunting Teks Salah Teks Benar Keterangan
Struktur Hanya 1 paragraf, tidak runtut Pernyataan umum → deskripsi bagian → deskripsi manfaat Sesuai struktur LHO
Objektivitas “suka makan” (subjektif, tidak spesifik) “Belalai berfungsi untuk mengambil makanan, minum, menyemprotkan air, dan berkomunikasi” Faktual, rinci
Kaidah kebahasaan “dia suka makan”, “luas banget” Menggunakan kata baku: “mamalia”, “luas”, “ekosistem” Bahasa baku & istilah teknis
Ejaan & tanda baca “sumatra dan di kalimantan” (tanpa huruf kapital) “Sumatra dan Kalimantan” EYD benar
Keterhubungan antaride Campur aduk Menggunakan konjungsi: “selain itu”, “juga” Koheren

✨ Jadi, dengan latihan seperti ini, siswa bisa membedakan teks yang asal-asalan dengan teks LHO yang sesuai kaidah.


Selasa, 12 Agustus 2025

TUGAS 2 TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI (LHO)

 Instruksi:

1. Bagi kelompok menjadi 8 kelompok 4-5 orang. Gunakan kelompok terdekat 1 jajar dibagi 2 kelompok. 

2. Setiap anggota kelompok memiliki catatan pribadi terkait tugas. 

3. Apabila ada pertanyaan boleh japri ibu (089627522846)

Soal!

1. Perhatikan video masing-masing kelompok!

kelompok 1: KAMI TINGGAL DI BORNEO : SI OTAN | KAMI TINGGAL DI BORNEO (30/05/18) 1-3

kelompok 2: SI HIJAU BERDURI, MUSUH MAMA: SI OTAN | SI HIJAU BERDURI & MUSUH MAMA (14/08/19) PART 3

Kelompok 3: KUCINGKU SAYANG, KUCINGKU MALANG: SI OTAN | KUCINGKU SAYANG KUCINGKU MALANG (18/07/18) 1-3

Kelompok 4: SI TELINGA PANJANG DAN SI SAYAP CANTIK: SI OTAN | SI TELINGA PANJANG DAN SI SAYAP CANTIK (18/04/19) PART 1

Kelompok 5: SI MENGGEMASKAN DAN GAHAR: SI OTAN | SI MENGGEMASKAN DAN GAHAR (27/07/18) 2-3
Kelompok 7: Ayam Mutiara Si Pemakan Segala Asal Benua Afrika: Ayam Mutiara Si Pemakan Segala Asal Benua Afrika | SI OTAN (17/02/22)

Jawablah Pertanyaan-Pertanyaan berikut!
1. Apakah informasi dalam video bisa dijadikan sebuah teks laporan hasil observasi? jelaskan!
2. tuliskan informasi dalam video dan klasifikasikan dalam struktur teks LHO (Deskripsi umum, Deskripsi bagian, deskripsi manfaat)!
3. Menurut kelompok kalian, informasi apa yang tidak ada dalam video tapi perlu dalam teks laporan hasil observasi?
4. Buatlah sebuah teks laporan hasil observasi utuh dari informasi dalam video dan tambahkan informasi lainnya dari berbagai sumber, tulis sumber referensi. Teks LHO disusun dengan judul, foto objek observasi, teks utuh LHO. 
5. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas buatlah dalam bahan tayang berbentuk power poin  menarik. Minggu depan setiap kelompok mempresentasikan setiap lapornya!

Selamat mengerjakan, Hindari penggunaan AI dalam mengerjakan karena akan terdeteksi. 

Selasa, 05 Agustus 2025

SOAL LATIHAN: KALIMAH AKTIF JEUNG PASIF BASA SUNDA

 Bagian I – Analisis Kalimah (Ngagunakeun Tabel Ceklis)

Petunjuk: Cindekkeun kalimat-kalimat di handap kana bentuk AKTIF atawa PASIF. Ceklis kolom anu luyu. 

No

Kalimat

Aktif ✔️

Pasif ✔️

1

Anu datang nyieun kopi.

 

 

2

Korsi diangkat ku satpam.

 

 

3

Ibu nyiapkeun sangu bungkus.

 

 

4

Lagu disetel ku guru.

 

 

5

Barudak ngora milu lomba.

 



Bagian II – Nyieun Kalimat Aktif jeung Pasif

Petunjuk: Jieun dua kalimat pikeun unggal kecap pagawéan di handap: hiji kalimat AKTIF jeung hiji kalimat PASIF.

·       Contoh:

·       Kecap pagawĂ©an: ngadahar

·       Kalimat aktif: Adi ngadahar sangu di dapur.

·       Kalimat pasif: Sangu didahar ku Adi di dapur.

No

Kecap Pagawéan

Kalimat Aktif

Kalimat Pasif

1

ngumbah

 

 

2

ngojay

 

 

3

nulis

 

 

4

nyandak

 

 

5

ngorejat

 

 

Maca Carpon Basa Sunda Yus R. Ismail Hileud dina Kangkung

 sumber: HILEUD DINA KANGKUNG - Dongeng YusR.Ismail

HILEUD DINA KANGKUNG

Aki Pangebon bisa disebut patani anu ahĂ©ng. Tadi isuk anjeunna manggihan hileud dina daun kangkung anu ngajajar di sisi balong. Patani karĂ©rĂ©an pasti nyapit Ă©ta hileud atawa miteskeun daun anu aya hileudan, terus dileyek semu ambek.  

Tapi Aki Pangebon mah kalah nutupan hileud ku daun kangkung séjénna. Ngarah henteu kanyahoan ku manuk atawa hayam. Ceuk pikirna, hileud dina daun kangkung téh boga hak hirup ogé. Sarua jeung mahluk anu kumelendang di alam dunya séjénna. Anjeunna yakin, hileud téh moal méakeun kangkung anu héjo seger subur. Lamun terusna hileud téh baranahan, manuk pasti nganyahoankeun, ngawatesan jumlah populasina.

Lantaran kitu Aki Pangebon katelah jalma mahiwal. Sedeng anjeunna ngarasa biasa waé. Biasa keur anu ngalaman pangalaman ahéng. Mangsa bolon umur sapuluh taun kungsi milu moro careuh di sisi leuweung. Ari pék anjeunna kalangsu, misah ti anu moro séjénna. Sabada capé asruk-asrukan, sahing-hingeun ceurik lantaran hariwang, ari pék anjog ka hiji buruan imah leutik. Campernik. Imah di tengah leuweung.

Keur puluhak-polohok nempoan sakuriling anu asri, aya anu nyerangkeun bari imut di handapeun tangkal kupa. Aki Sireum, kitu Aki Pangebon keur bolon nyebutna, ngagupayan. Rugag-regog loba kasieun mimitina Aki Pangebon téh basa diajak diuk dina babaléan hareupeun imah. Tapi sabada golosor cai entéh tiis jeung beuleum sampeu dipurulukan kukurudan gula kawung haneut kénéh, rasa halabhab anu kaubaran nyieuhkeun kacangcaya jeung kahariwangna. Sainget Aki Pangebon, cai entéh jeung beuleum sampeu dipurulukan gula kawung harita minangka lalawuh pangnikmatna anu kungsi diasaan.

Tapi sanés cai entéh jeung beuleum sampeu dipurulukan gula kawung anu nyababkeun anjeunna molohok mata simeuteun. Aki Pangebon ngahuleng ngaraga meneng molohok kembang kadu basa ningali si aki nyimpenan pupurulukan sampeu di sakuriling unggal liang sireum.

“Kanggo naon, Aki?” ceuk Aki Pangebon harita, sabada rasa hĂ©ranna henteu katahan deui.

Tapi si aki henteu ngawalon. Kalah terus ngagupayan, ngajak dongko merhatikeun beuleum sampeu laleutik di sakuriling liang sireum. Enya wae, henteu lila aya sireum hideung kaluar tina liangna. Sabada ungas-ingus, beuleum sampeu téh digusur. Tapi meureun beurateun, beuleum sampeu sagedé tungtung nyéré téh dileupaskeun, tuluy sireum hideung téh asup deui kana liang. Teu kungsi lila barijil sireum, ngagotong beuleum sampeu ka jero liangna.

“Sireum mah mindeng ngalaman kacilakaan, malah nepi ka hanteuna, mangsa nĂ©angan rejeki. Katinggang rĂ©gang mah, katincak, kasapukeun, jeung rĂ©a deui. Tapi lamun kadaharanana aya di deukeut liangna, pasti maranĂ©hna leuwih aman,” saur si aku anu terusna nelah Aki Sireum.

Eta anu nyababkeun Aki Pangebon keur bolon pulang anting ka bumina Aki Sireum. Ampir unggal minggu, mangsa pere sakola, Aki Pangebon resep ngabaturan Aki Sireum di bumina.

Pangalaman éta ogé anu ngayakinkeun anjeunna, hileud-hileud moal méakeun tatangkalan anu dipelakna. Malah mah bakal ngadatangkeun kaahéngan séjénna. Hiji waktu aya rombongan urang kota anu ngadon pakanci di pakampungan. Maranéhna ngayakeun acara di hiji villa, isuk-isuk leuleumpangan ngurilingan pakampungan. Basa anjog ka kebon Aki Pangebon, maranéhna ngaborong kangkung, bayem, tomat jeung sayuran séjénna. Maranéhna atoh manggihan daun-daun kangkung saleger héjo bari aya tapak hileud di sababaraha daun.

“Ieu tĂ©h tandana sayuran anu henteu disemprot pestisida,” ceuk pemandu rombongan orang kota tĂ©a.

Aki Pangebon meunang rejeki anu pohara poé éta.

**

 

Hiji peuting Aki Pangebon ngadangu sora anéh di tukangeun saungna. Ngeteyep anjeunna kaluar, ngintip, horéng aya anu maok sampeu.

“Sampeu di dinya mah laleutik kĂ©nĂ©h. Anu geus meujeuhna dibeuleum mah di lebak,” ceuk Aki Pangebon semu ngaharĂ©wos.

Bangsat téh ngagebeg. Sukuna ngadégdég. Késang nyurulung enya ogé peuting téh aya ku tiris. Manéhna saberetek-beretekeun lumpat, tapi ras ka budakna anu ceurik lantaran lapar teu bisa dibébénjokeun deui ku pamajikanana. Teg aya pikiran nékad, rék narajang ka Aki Pangebon, tapi anu boga kebon téh geus teu katémbong deui belegbegna. Beuti sampeu sagedé-gedé jempol leungeun diruang deui ku taneuh, laju diidek ngarah teuas. Terus manéhna ka kebon lebak, masih angger keketeyepan siga anu sieun kanyahoan. Enya waé, satangkal ogé sampeuna aya kana satengah karungna.

Bangsat téh mimitina mah kadesek ku kabutuh anu utama, teu boga béas sapuruk-puruluk acan. Tapi lantaran anu boga kebon nyatana Aki Pangebon, siga anu ngantep, bangsat téh terusna mah pulang-paling ampir unggal peuting. Mimitina sampeu keur ngaganjel beuteung lapar anak-pamajikanana, terus mupu bungbuahan cenah keur cuci mulut, terusna mah naon waé anu bisa dijual dipaling.

Bangsat tĂ©h hirupna mimiti neut-neutan. Henteu ngan saukur bisa ngabayuan anak-pamajikanana, tapi ogĂ© mampu ngarĂ©hab imahna anu geus buruk, ngajak pakanci kulawargana, jeung ngajamu sobat-sobatna anu ngahaja diangkir. SakabĂ©hna tina hasil ngabangsat.   

Tapi hiji isuk bangsat téh reuwas kareureuhnakeun. Manéhna kakara hudang sanggeus sapeupeuting begadang jeung sobat-sobatna, aya anu keketrok ka imahna. Pamajikan jeung budakna keur balanja ka pasar. Basa muka panto bangsat téh reuwas kacida. Beungeutna sepa. Awakna ngadegdeg siga anu nirisan. Biwirna molongo, sapok-pokeun ngomong tapi teu nyoara.

“Hatur lumayan, aya rejekina tina panĂ©n usum ayeuna,” ceuk Aki Pangebon bari teu weleh imut.

Bangsat téh teu wani muka kantong pelastik ti Aki Pangebon saacan pamajikan jeung budakna mulang. Basa pamajikanana muka pelastik, eusina béas 4 kg, cau sasikat, jeung amplop eusi duit 100 rébu rupiah.Amplop bodas leutik téh aya tulisan: rejeki halal ti Gusti Nu Murbéng Alam. Enya ogé tulisanna leutik, bangsat téh ngadégdég, aya anu ngagolak dina dadana, késangna rembes kana papakéanana. Rejeki halal rejeki halal rejeki halal, kitu anu ngagereyem dina haténa.

Bangsat tĂ©h kakara apal, Aki Pangebon mah unggal usum ogĂ© sok ngabagikeun sawareh hasil panĂ©n ti kebonna, ka tatangga-tatanggana nepi ka kampung tatangga. Imah bangsat tĂ©h kaasup jauh ti kebon Aki Pangebon, tapi harita mah kabagĂ©an ogĂ© sedekah ti Aki Pangebon. Atuh hasil sĂ©jĂ©nna, apan dipakĂ© ngabayuan jeung nyakolakeun barudak yatim jeung anu mariskin.  

Aki Pangebon saenyana gaduh budak dua urang. Tapi duanana geus marisah, ngadon itikurih di kota. Ka dua budakna, Aki Pangebon nyarios kieu: “Kebon ieu ku Bapa bakal diwariskeun ka hidep duaan. Tapi engkĂ© sanggeus Bapa teu aya di kieuna. Ayeuna, sapanjang Bapa aya kĂ©nĂ©h, idinan Bapa pikeun ngokolakeun ieu kebon jadi jalan rejeki keur sarĂ©a-rĂ©ana mahluk. Bapa miharep, tina hasil kebon ieu, engkĂ© sabada Bapa taya di kieuna, maranĂ©h sedekah sarĂ©a-rĂ©ana, jauh leuwih rĂ©a batan kawajiban zakat.”

Tapi enya ogĂ© bangsat tĂ©h beuki apal saha ari Aki Pangebon, manĂ©hna henteu eureun pulang-paling. Kungsi Ă©ta ogĂ© kapikiran eureun puak-paok, terus ngalamar gawĂ© ka Aki Pangebon bari ngadongĂ©ngkeun kaayaan rumah tanggana, sigana Aki Pangebon gancang ngahiap. Komo bari ngaku naon anu dilakukeunana salila ieu. Tapi Ă©ta tĂ©h ngan saukur niat. ManĂ©hna sieun buruhan ngabantu-bantu di kebon henteu nyukupan kabutuh anu salila ieu enggeus kacumponan.   

Bangsat téh malah maok leuwih réa. Henteu saukur keur ngabayuan kulawarga jeung hirup basajan, tapi keur kahirupan manéhna anu katingali leuwih jugala. Enya éta ogé sakapeung sok aya kénéh rarasaan henteu ngareunah dina haténa. Tapi bangsat téh gancang nutupan ku mindeng babagi ka tatangga, dulur, jeung kawawuhanana.

PanĂ©n Aki Pangebon beuki ngurangan. Aki Pangebon nyalira ngama’lum naon sabab-musababna. Tapi anjeunna angger ngantep. Anjeunna nganggap bangsat tĂ©h saperti hileud dina daun kangkung, engkĂ© ogĂ© bakal ngurangan lantaran aya anu ngawatesan populasina.

Horéng henteu kitu. Jalma mah henteu bisa disaruakeun jeung mahluk séjénna. Jalma mah kholifah bumi anu taya babandinganana. Bangsat tangtu waé béda jeung hileud. Bangsat mah henteu aya anu ngawatesan talajakna. Manéhna kalah beuki mahabu sanggeus di masarakat katelah sabagé dermawan. Manéhna dirojong masarakat pikeun jadi pamingpin. Mimitina jadi kuwu, terus jadi législatif, jeung anu séjénna.

Imah bangsat téh jadi leuwih agréng. Buruanna mangrupa patamanan anu ditata ku ahlina. Aglonema beureum, anthurium varigata, anjamani, ningalikeun aura méwah jeung megah.

Unggal isuk bangsat téh ka kantorna dianteur ku mobil Range Rover Sport 3.0 HSE anu cenah hargana dua miliar leuwih. Ka mana-mana manéhna dihormat jeung diugung-ugung. Tapi mangsa sorangan neuteup patamanan buruan anu éndah, manéhna ngarasa aya hileud, réa hileud, dina dangdaunan anu marahalna. Hileud-hileud anu terus ngarayap kana sukuna, ngarayap ka sakujur tubuhna, ka jero pikiranana, ka jero haténa. Hileud-hileud anu henteu bisa dikadalikeun jeung diwatesan jumlahna. Komo saukur diwatesan ku alam.

**

Rancakalong, 14-3-2020 / 8 Juli 2020

Mangle no no 2791, 30 Juli – 5 Agustus 2020